Tinggalah pasangan suami istri sederhana yang dikaruniai satu orang anak perempuan yang berumur 5 tahun. Keluarga ini adalah keluarga yang takut Tuhan, hari-hari mereka selalu diwarnai dengan doa dan ibadah. Nilai-nilai kebenaranpun ditanamkan dalam diri si anak sedari kecil.
Suatu hari, sang suami diberhentikan dari pekerjaan karena alasan yang tidak jelas. Awalnya ia kuat, namun lama-kelamaan ia mulai kecewa dan nyaris putus asa, bahkan ia mulai meragukan kebaikan dan keperdulian Tuhan dalam keluarganya. Iapun mulai enggan berdoa. Dengan penuh kesabaran sang istri terus menghibur dan menguatkan sang suami dengan Firman Tuhan. Sang istripun terus berdoa dan berpuasa agar suaminya tetap kuat dalam Tuhan.
Keuangan yang terus menipis memaksa mereka untuk lebih berhemat, termasuk dalam makanan sehari-hari. Suatu malam mereka berkumpul untuk makan malam. Di hadapan mereka tersedia hidangan yang sangat sederhana.
Tiba-tiba si anak memanggil sang ayah. "Ayah, Tasyha pengen makan ayam goreng."
Mendengar keinginan si anak, sang ayah merasa hancur, air matanya hampir menetes. Dengan lembut sang Ibu menjawab: "Tasyha, apapun yang Tuhan b'ri kita harus mengucap syukur. Lagipula lauk kita malam ini tidak kalah enaknya koq dengan ayam goreng, apalagi kalau sebelum makan kita berdoa dulu." Ia juga menyentuh tangan suaminya, tanda agar suaminya tidak menangis di depan sang anak.
Dengan wajah gembira sang anak menatap ayahnya. "Oh iya, Tashya lupa, ayah pernah bilang sama Tashya bahwa dalam Tuhan YESUS semuanya bisa terjadi dan berubah. Itu artinya Tuhan bisa merubah rasa lauk ini jadi rasa ayam goreng. Benarkan ayah?"
Gelagapan si ayah menjawab "Iya."
"Ma, Tashya aja yang berdoa ya!" Setelah selesai berdoa, dengan kepolosannya sang anakpun makan dengan lahapnya sambil sedikit menjerit. "Wah, Tuhan YESUS hebat. Rasa lauk ini benar-benar seperti rasa ayam goreng. Ayah cobain dech"! Sang anak memasukkan ke dalam mulut sang ayah.
Sang ayahpun menangis. Ia bukan lagi menangis karena tidak bisa memberikan ayam goreng. Ia menangis karena ternyata anaknya yang berumur lima tahun lebih beriman dibanding dirinya yang telah mengenal dan mengecap pertolongan Tuhan puluhan tahun.
Jujur saja, kita pun sering seperti ini; mengenal Tuhan bertahun-tahun bahkan merasakan pertolongan- pertolongan Tuhan dalam hidup kita. Namun saat ujian datang, dengan mudah kita melupakan kebaikan-Nya. Mengapa saat ujian datang kita lebih memandang beratnya ujian tersebut? Mengapa bukan kebaikan-Nya yang kita pandang? Mengapa bukan memandang besarnya tangan Tuhan yang sanggup menyelesaikan setiap permasalahan kita?
Sahabatku, coba kita baca Mazmur 28:7 "TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya." Dari Firman Tuhan kita diajarkan untuk mau percaya total kepada kekuatan yang dari Tuhan, dan saat kita mau percaya penuh akan pimpinanNya, ada campur tangan Tuhan menolong kita keluar dari permasalahan yang kita alami, akan ada sukacita yang mengalir dalam hidup kita.
ayo kita perbaiki cara hidup kita yang selama ini salah, mari kita jangan pandang berapa besar masalah yang sedang kita hadapi, tetapi mari kita pandang Tuhan YESUS saja dan yakin akan penyertaanNya, Dia akan selesaikan semua pergumulan dan beban yang kamu alami saat ini.
GBU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar