Ads 468x60px

Kamis, 26 Januari 2012

KEBENARAN ITU APA?

Tahukah kau siapa aku? Tahukah kau bagaimana hidupku? Tahukah kau mengapa aku melakukan hal-hal yang tak kau senangi? Tahukah kau apa sebabnya kebenaran yang kau yakini tak jadi kebenaran yang kuyakini? Tahukah kau, mengapa aku harus menempuh jalan yang tak kau senangi ini? Tahukah kau? 
Ah, hidup ini tidak semudah dengan apa yang kau teorikan padaku. Nasehat-nasehatmu hanya bergaung untuk hidupmu sendiri, dan kadang itupun kuragukan kau lakukan. Hidup ini tidaklah sederhana, temanku. Hidup ini tak pernah sederhana. Apa yang kau anggap kepastian, hanya menjadi kepastian bagi dirimu sendiri, bagi lingkunganmu, yang takkan pernah sama dan tak mungkin sama persis dengan hidup dan lingkunganku. Jadi, mengapa harus kau paksakan kebenaran yang kau anggap benar bagi dirimu kepadaku? 

Sesungguhnya, apa yang indah bagi dunia ini adalah karena perbedaan-perbedaan yang kita miliki. Ya, karena perbedaan, dan bukan karena kesamaan dan keseragaman yang akan membosankan. Perbedaan-perbedaan itulah yang membuat hidup ini layak untuk dijalani. Perbedaan itulah yang diciptakan Tuhan sebagai tantangan bagi kita untuk mencari jalan kebenaranNya. Tuhan memberi kita kehidupan ini sebagai suatu anugerah, agar kita dapat menjalaninya dalam proses untuk mencari dan menemukan kebenaranNya, dengan individu-individu yang masing-masing memiliki keunikannya sendiri. Dan tidak pernahkan kau merasa takjub melihat betapa berbedanya kita. Dalam rupa, dalam warna kulit, dalam adat dan tatacara menjalani hidup ini. 

Perbedaan sesungguhnya adalah karunia terbesar bagi umat manusia. Perbedaan membuat kita dapat menyadari keberadaan kita. Menyadari kegunaan kita. Perbedaan membuat kita punya arti. Bayangkanlah jika kita semua hidup dalam keseragaman, akan jadi apakah dunia ini? Bayangkanlah jika kita semua sama, dimanakah diri kita sendiri? Ya, dimanakah kita? Jika kau adalah aku, dan aku adalah kau, maka siapakah kita ini? Lalu, apa gunanya Tuhan menciptakan kita berbeda jika kita kemudian mewajibkan segalanya harus sama? 

Membayangkan sebuah dunia yang serupa, steril dan tanpa cacat sama sekali, membuatku tiba-tiba menjadi takut untuk hidup di dalam dan bersama dunia semacam itu. Takut salah. Takut merasa salah. Takut merasa ada. Takut merasa lain. Takut tak takut. Takut. 
Tapi ah, tahukah kau siapa aku? Jika terkadang aku sering merasa gamang dengan diriku sendiri, jika terkadang aku merasa tak mengenal diriku sendiri, bagaimana mungkin kau merasa pasti dan wajib untuk tahu dan mengenal aku? Jika kau sendiri merasa yakin dan wajib untuk harus mengubah orang lain, apakah kau tahu dan yakin bisa merubah dirimu sendiri? Jika tidak, pantaskah kau mewajibkan aku mengubah hidupku menjadi seperti dirimu? Ah, dunia, aku hanya bisa tersenyum tapi juga merasa sedih dengan kelakuan-kelakuan seperti itu. Dan aku yakin, menyeragamkan manusia tak mungkin akan berhasil secara tetap. Takkan mungkin. 
A. Tonny Sutedja